Oleh
Ustadz Muhammad Ashim
Aliran Bahaiyyah ini, pertama kali muncul di Iran, negeri tempat asal agama Majusi dan Zoroaster. Daerah ini merupakan lahan subur tumbuhnya berbagai pemikiran batiniyah dan Syiah, juga ideologi sesat lainnya.
Bila kita mencermati sejarah, akan nampak, bahwa mayoritas gerakan-gerakan yang menyimpang dan melakukan konspirasi yang merongrong kaum muslimin, banyak yang lahir di negeri tersebut, yang ditaklukkan oleh pasukan Islam pada masa Khalifah Umar bin Khaththab.
Aliran Bahaiyyah ini digagas oleh kolonial Rusia dengan ditunggangi Zionisme internasional dan penjajah Inggris. Dari buruknya latar belakang penggagasnya, nampak jelas adanya niat buruk yang tersimpan, bahwa gerakan ini bertujuan merongrong aqidah kaum Muslimin, mencerai-beraikan kesatuan hati kaum Muslimin, yang kemudian memalingkan ummat dari perkara-perkara besar yang harus dihadapi umat.
Penggagas aliran Bahaiyyah ini ialah Mirza Ali Muhammad Ridha Asy Syairazi (1819-1850 M). Saat berumur enam tahun, ia mereguk pengetahuan dari para juru dakwah kelompok Syikhiyah, sempalan Syiah. Hanya saja, ia lebih banyak menyibukkan diri dengan perniagaan. Baru pada usia tujuh belas tahun, ia kembali menghayutkan diri menelaah buku-buku Sufi, melakukan riyadhah ruhaniyah (olah jiwa) dan amal-amal batiniyah yang sangat berat.
Pada tahun 1259 M, ia mengunjungi Baghdad dan mulai mendatangi majlis tokoh aliran Syikhiyah pada masa itu, yaitu Kazhim Ar Rusyti, sambil memperdalam pengetahuan dan ajaran Syikhiyah.
Di sinilah, di tengah kesibukannya di majelis sang guru, ia berkenalan dengan seorang mata-mata pasukan Rusia yang bernama Kenneth Ghorki, yang ditemani oleh seseorang yang mengaku dirinya Islam, yaitu ‘Isa Nakrani. Begitu melihat pada diri Mirza ada potensi untuk mewujudkan tujuan busuk kolonial Rusia, maka ia diproklamirkan sebagai Imam Mahdi yang ditunggu-tunggu kedatangannya, dan satu-satunya pintu (al bab) menuju hakikat ketuhanan.
Peristiwa ini terjadi pada bulan Jumadil Ula tahun 1260 H, bertepatan dengan bulan Maret 1844 M, yang ia sendiri mendirikan gerakan keagamaan baru ini dan memproklamirkan dirinya sebagai Al Bab. Dari sini lahir firqah Babiyah (dari kata Al- Bab).
Dia mengklaim diri sebagai utusan Allah, layaknya Nabi Musa, Nabi Isa dan Nabi Muhammad. Tidak hanya sebatas penisbatan diri sebagai utusan Allah, bahkan dia meninggikan kedudukannya melebihi para nabi. Na’udzubillahi min dzalik.
Pengakuan sesatnya berhasil memakan korban. Terutama murid-murid Ar Rusyti, banyak yang terperdaya oleh manuver Mirza Ali Muhammad Ridha Asy Syairazi.
Pada tahun 1266 H, ia mengklaim bahwa Dzat Ilahi bersemayam pada dirinya. Namun setelah berhadapan dengan para ulama dalam perdebatan, ia pura-pura menunjukkan sikap penyesalan dan taubat. Para ulama tidak mempercayainya. Sebab sebelum ini, dia juga pernah menyatakan taubat dan penyesalan di mimbar Masjid Al Wakil atas kesesatan dan keganasan para pengikutnya. Namun taubatnya hanya merupakan bualan belaka.
Oleh karena itu, ulama merekomendasikan vonis mati untuk dirinya dan orang dekatnya yang bernama Az Zanuzi. Eksekusi vonis mati dilaksanakan pada 27 Sya’ban 1266 H bertepatan dengan 8 Juli 1850M.
Di samping dua tokoh yang berpengaruh ini, masih ada beberapa tokoh terkenal lainnya, yaitu Qurratul ‘Ain Ummu Salma. Dia seorang wanita yang dikenal sebagai orator ulung, namun bermoral bejad, sehingga suaminya terpaksa menceraikannya. Tokoh lainnya, Mirza Yahi ‘Ali, ‘Abbas Affandi, Syauqi Affandi dan Mirza Husain ‘Ali yang mendapat gelar Bahaullah. Nama terakhir inilah yang kemudian merubah nama aliran ini menjadi Bahaiyyah, penisbatan pada gelar kehormatan yang ia raih. Lelaki ini sangat erat hubungannya dengan Yahudi saat di pengasingan.
Dari beberapa keyakinan dan tata cara beribadah yang mereka lakukan, maka dapat disimpulkan sumber keyakinan mereka. Yaitu banyak berakar dari pemikiran Syi’ah Imamiyah, Syikhiyah, Masoniyah dan Yahudi Internasional.
Penganut paham ini sudah mencapai kira-kira lima juta jiwa. Mayoritas tersebar di Negara Iran. Juga di Irak, Suriah, Libanon dan Palestina. Pusat aliran Bahaiyyah di Timur Tengah terletak di kota Haifa, Palestina (baca : Israel).
Pada bulan Mei 2001, mereka menyelenggarakan muktamar tahunan di kota Haifa, disertai pembukaan sebuah monumen Bahaiyyah yang dikenal dengan nama “Taman Gantung”. Proyek pembangunan taman yang luasnya mencapai 200 ribu m2 ini, secara resmi praktis didanai oleh pendukung utama mereka sejak pertama, yaitu penguasa Yahudi.
Pada awal tahun 2001M, Pemerintah Mesir telah berhasil menyingkap gerakan Bahaiyyah dan menjebloskan oknum-oknumnya. Sedangkan pihak Universitas Al Azhar telah mengeluarkan stateman tentang rusaknya aqidah mereka. Seluruh buku-buku Bahaiyyah yang disebarluaskan oleh pihak tertentu, ditetapkan sebagai buku yang terlarang, karena bertentangan dengan aqidah Islam. Misal, kitab mereka yang berjudul Al ‘Ahdul Wal Mitsaq karya Darwisy Mustofa, Al Majmu’ah Al Mubarakah, terbitan Mahfal Bahai di Iskandaria, dan buku Mufawadhat ‘Abdil Baha`.
Ringkasnya, Bahaiyyah merupakan firqah yang keluar dari Islam. Mereka mengingkari Nabi Muhammad n sebagai khatamun nabiyyin, meyakini Dzat Allah bersemayam pada Al Bab atau Baha`, kerjasama eratnya dengan kaum kuffar (terutama kaum Yahudi) dalam melibas aqidah Islam dan kaum Muslimin. Oleh karenanya, hal yang seharusnya jika Majma Fiqih Islami kemudian memutuskan bahwa Bahaiyyah dan Babiyah telah keluar dari Islam. Kelompok ini dinilai sebagai musuh, dan para pengikutnya telah kafir dengan kekufuran yang sudah nyata.
Bagaimana dan dimana letak kekufurannya? Berikut sebagian pokok pemikiran Bahaiyyah, yang menunjukkan kesesatan mereka.
1). Yang paling utama, Bahaiyyun menetapkan, bahwa Al Bab, pencetus aliran ini sebagai pencipta segala sesuatu dengan “firmannya”. Disamping itu, mereka juga mengakui kenabian Budha, Konfuzte, Brahma, Zoroaster. Penyaliban Nabi Isa Al Masih juga menjadi bagian aqidah miring mereka.
2). Para penganut Bahaiyyah, mempunyai keyakinan yang satu dengan Yahudi dan Nashara dalam mengingkari mukjizat para nabi, keberadaan malaikat, jin, surga dan neraka.
3). Baha` menelorkan sebuah kitab rujukan yang dinamai Al Aqdas (Yang Tersuci), dan mengklaim bahwa kitab tersebut berfungsi menghapus segala hukum syariat samawi, termasuk Al Qur`an Al Karim. Menurut mereka, agama Al Bab menghapus syariat Muhammad. Mereka mengingkari status Nabi Muhammad sebagai rasul terakhir.
4). Mereka mengharamkan jihad ataupun mengangkat senjata untuk melawan kekuatan kolonial. Mereka juga mengharamkan pemakaian hijab (jilbab), menghalalkan nikah mut’ah dan mendakwahkan paham sosialisme dalam masalah wanita dan harta-benda. Kiblat mereka adalah rumah kelahiran Al Bab di Syairaz. Sepeninggalnya, kuburnya di ‘Akka menjadi kiblat baru aliran sesat ini.
5). Shalat fardhu hanya berjumlah sembilan rakaat, dikerjakan tiga kali. Air wudhu harus dengan air mawar. Jika tidak tersedia, maka sebagai gantinya cukup mengucapkan Bismillah Al Ath-har Al Ath-har (Dengan menyebut nama Allah, Yang Maha Suci, Yang Maha Suci) lima kali. Adapun shalat jama’ah hanya dikenal dalam shalat jenazah saja, selainnya tidak. Mereka juga berpendapat, hari Kiamat adalah cerminan kemunculan Al Baha`.
Demikian beberapa pemikiran yang berkaitan dengan aliran seseat Bahaiyyah, yang merupakan bagian dari kelompok Syikhiyah, sempalan dari Syiah. Dan pada tahun 1984M, aliran Bahaiyyah ini diakui sebagai agama terakhir oleh Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB).
[Diringkas dari Al Mausu’ah Al Muyassarah Fil Adyani Wal Ahzab Al Mu’ashirah, di bawah pengawasan Dr. Mani’ bin Hammad Al Juhani, Cetakan III, Tahun 1418H, hlm. 412 dan sumber lainnya.]
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 05/Tahun IX/1426H/2005M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-761016]
Ustadz Muhammad Ashim
Aliran Bahaiyyah ini, pertama kali muncul di Iran, negeri tempat asal agama Majusi dan Zoroaster. Daerah ini merupakan lahan subur tumbuhnya berbagai pemikiran batiniyah dan Syiah, juga ideologi sesat lainnya.
Bila kita mencermati sejarah, akan nampak, bahwa mayoritas gerakan-gerakan yang menyimpang dan melakukan konspirasi yang merongrong kaum muslimin, banyak yang lahir di negeri tersebut, yang ditaklukkan oleh pasukan Islam pada masa Khalifah Umar bin Khaththab.
Aliran Bahaiyyah ini digagas oleh kolonial Rusia dengan ditunggangi Zionisme internasional dan penjajah Inggris. Dari buruknya latar belakang penggagasnya, nampak jelas adanya niat buruk yang tersimpan, bahwa gerakan ini bertujuan merongrong aqidah kaum Muslimin, mencerai-beraikan kesatuan hati kaum Muslimin, yang kemudian memalingkan ummat dari perkara-perkara besar yang harus dihadapi umat.
Penggagas aliran Bahaiyyah ini ialah Mirza Ali Muhammad Ridha Asy Syairazi (1819-1850 M). Saat berumur enam tahun, ia mereguk pengetahuan dari para juru dakwah kelompok Syikhiyah, sempalan Syiah. Hanya saja, ia lebih banyak menyibukkan diri dengan perniagaan. Baru pada usia tujuh belas tahun, ia kembali menghayutkan diri menelaah buku-buku Sufi, melakukan riyadhah ruhaniyah (olah jiwa) dan amal-amal batiniyah yang sangat berat.
Pada tahun 1259 M, ia mengunjungi Baghdad dan mulai mendatangi majlis tokoh aliran Syikhiyah pada masa itu, yaitu Kazhim Ar Rusyti, sambil memperdalam pengetahuan dan ajaran Syikhiyah.
Di sinilah, di tengah kesibukannya di majelis sang guru, ia berkenalan dengan seorang mata-mata pasukan Rusia yang bernama Kenneth Ghorki, yang ditemani oleh seseorang yang mengaku dirinya Islam, yaitu ‘Isa Nakrani. Begitu melihat pada diri Mirza ada potensi untuk mewujudkan tujuan busuk kolonial Rusia, maka ia diproklamirkan sebagai Imam Mahdi yang ditunggu-tunggu kedatangannya, dan satu-satunya pintu (al bab) menuju hakikat ketuhanan.
Peristiwa ini terjadi pada bulan Jumadil Ula tahun 1260 H, bertepatan dengan bulan Maret 1844 M, yang ia sendiri mendirikan gerakan keagamaan baru ini dan memproklamirkan dirinya sebagai Al Bab. Dari sini lahir firqah Babiyah (dari kata Al- Bab).
Dia mengklaim diri sebagai utusan Allah, layaknya Nabi Musa, Nabi Isa dan Nabi Muhammad. Tidak hanya sebatas penisbatan diri sebagai utusan Allah, bahkan dia meninggikan kedudukannya melebihi para nabi. Na’udzubillahi min dzalik.
Pengakuan sesatnya berhasil memakan korban. Terutama murid-murid Ar Rusyti, banyak yang terperdaya oleh manuver Mirza Ali Muhammad Ridha Asy Syairazi.
Pada tahun 1266 H, ia mengklaim bahwa Dzat Ilahi bersemayam pada dirinya. Namun setelah berhadapan dengan para ulama dalam perdebatan, ia pura-pura menunjukkan sikap penyesalan dan taubat. Para ulama tidak mempercayainya. Sebab sebelum ini, dia juga pernah menyatakan taubat dan penyesalan di mimbar Masjid Al Wakil atas kesesatan dan keganasan para pengikutnya. Namun taubatnya hanya merupakan bualan belaka.
Oleh karena itu, ulama merekomendasikan vonis mati untuk dirinya dan orang dekatnya yang bernama Az Zanuzi. Eksekusi vonis mati dilaksanakan pada 27 Sya’ban 1266 H bertepatan dengan 8 Juli 1850M.
Di samping dua tokoh yang berpengaruh ini, masih ada beberapa tokoh terkenal lainnya, yaitu Qurratul ‘Ain Ummu Salma. Dia seorang wanita yang dikenal sebagai orator ulung, namun bermoral bejad, sehingga suaminya terpaksa menceraikannya. Tokoh lainnya, Mirza Yahi ‘Ali, ‘Abbas Affandi, Syauqi Affandi dan Mirza Husain ‘Ali yang mendapat gelar Bahaullah. Nama terakhir inilah yang kemudian merubah nama aliran ini menjadi Bahaiyyah, penisbatan pada gelar kehormatan yang ia raih. Lelaki ini sangat erat hubungannya dengan Yahudi saat di pengasingan.
Dari beberapa keyakinan dan tata cara beribadah yang mereka lakukan, maka dapat disimpulkan sumber keyakinan mereka. Yaitu banyak berakar dari pemikiran Syi’ah Imamiyah, Syikhiyah, Masoniyah dan Yahudi Internasional.
Penganut paham ini sudah mencapai kira-kira lima juta jiwa. Mayoritas tersebar di Negara Iran. Juga di Irak, Suriah, Libanon dan Palestina. Pusat aliran Bahaiyyah di Timur Tengah terletak di kota Haifa, Palestina (baca : Israel).
Pada bulan Mei 2001, mereka menyelenggarakan muktamar tahunan di kota Haifa, disertai pembukaan sebuah monumen Bahaiyyah yang dikenal dengan nama “Taman Gantung”. Proyek pembangunan taman yang luasnya mencapai 200 ribu m2 ini, secara resmi praktis didanai oleh pendukung utama mereka sejak pertama, yaitu penguasa Yahudi.
Pada awal tahun 2001M, Pemerintah Mesir telah berhasil menyingkap gerakan Bahaiyyah dan menjebloskan oknum-oknumnya. Sedangkan pihak Universitas Al Azhar telah mengeluarkan stateman tentang rusaknya aqidah mereka. Seluruh buku-buku Bahaiyyah yang disebarluaskan oleh pihak tertentu, ditetapkan sebagai buku yang terlarang, karena bertentangan dengan aqidah Islam. Misal, kitab mereka yang berjudul Al ‘Ahdul Wal Mitsaq karya Darwisy Mustofa, Al Majmu’ah Al Mubarakah, terbitan Mahfal Bahai di Iskandaria, dan buku Mufawadhat ‘Abdil Baha`.
Ringkasnya, Bahaiyyah merupakan firqah yang keluar dari Islam. Mereka mengingkari Nabi Muhammad n sebagai khatamun nabiyyin, meyakini Dzat Allah bersemayam pada Al Bab atau Baha`, kerjasama eratnya dengan kaum kuffar (terutama kaum Yahudi) dalam melibas aqidah Islam dan kaum Muslimin. Oleh karenanya, hal yang seharusnya jika Majma Fiqih Islami kemudian memutuskan bahwa Bahaiyyah dan Babiyah telah keluar dari Islam. Kelompok ini dinilai sebagai musuh, dan para pengikutnya telah kafir dengan kekufuran yang sudah nyata.
Bagaimana dan dimana letak kekufurannya? Berikut sebagian pokok pemikiran Bahaiyyah, yang menunjukkan kesesatan mereka.
1). Yang paling utama, Bahaiyyun menetapkan, bahwa Al Bab, pencetus aliran ini sebagai pencipta segala sesuatu dengan “firmannya”. Disamping itu, mereka juga mengakui kenabian Budha, Konfuzte, Brahma, Zoroaster. Penyaliban Nabi Isa Al Masih juga menjadi bagian aqidah miring mereka.
2). Para penganut Bahaiyyah, mempunyai keyakinan yang satu dengan Yahudi dan Nashara dalam mengingkari mukjizat para nabi, keberadaan malaikat, jin, surga dan neraka.
3). Baha` menelorkan sebuah kitab rujukan yang dinamai Al Aqdas (Yang Tersuci), dan mengklaim bahwa kitab tersebut berfungsi menghapus segala hukum syariat samawi, termasuk Al Qur`an Al Karim. Menurut mereka, agama Al Bab menghapus syariat Muhammad. Mereka mengingkari status Nabi Muhammad sebagai rasul terakhir.
4). Mereka mengharamkan jihad ataupun mengangkat senjata untuk melawan kekuatan kolonial. Mereka juga mengharamkan pemakaian hijab (jilbab), menghalalkan nikah mut’ah dan mendakwahkan paham sosialisme dalam masalah wanita dan harta-benda. Kiblat mereka adalah rumah kelahiran Al Bab di Syairaz. Sepeninggalnya, kuburnya di ‘Akka menjadi kiblat baru aliran sesat ini.
5). Shalat fardhu hanya berjumlah sembilan rakaat, dikerjakan tiga kali. Air wudhu harus dengan air mawar. Jika tidak tersedia, maka sebagai gantinya cukup mengucapkan Bismillah Al Ath-har Al Ath-har (Dengan menyebut nama Allah, Yang Maha Suci, Yang Maha Suci) lima kali. Adapun shalat jama’ah hanya dikenal dalam shalat jenazah saja, selainnya tidak. Mereka juga berpendapat, hari Kiamat adalah cerminan kemunculan Al Baha`.
Demikian beberapa pemikiran yang berkaitan dengan aliran seseat Bahaiyyah, yang merupakan bagian dari kelompok Syikhiyah, sempalan dari Syiah. Dan pada tahun 1984M, aliran Bahaiyyah ini diakui sebagai agama terakhir oleh Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB).
[Diringkas dari Al Mausu’ah Al Muyassarah Fil Adyani Wal Ahzab Al Mu’ashirah, di bawah pengawasan Dr. Mani’ bin Hammad Al Juhani, Cetakan III, Tahun 1418H, hlm. 412 dan sumber lainnya.]
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 05/Tahun IX/1426H/2005M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-761016]
0 Komentar untuk "Bahaiyyah"