Membongkar Kesesatan Firqoh

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اِفْتَرَقَ الْيَهُوْدُ عَلَى إِحْدَى أَوْ ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً، وَتَفَرَّقَتِ النَّصَارَى عَلَى إِحْدَى أَوْ ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً وَتَفْتَرِقُ أُمَّتِيْ عَلَى ثَلاَثٍ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً. “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda, ‘Kaum Yahudi telah terpecah menjadi tujuh puluh satu (71) golongan atau tujuh puluh dua (72) golongan, dan kaum Nasrani telah terpecah menjadi tujuh puluh satu (71) atau tujuh puluh dua (72) golongan, dan ummatku akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga (73) golongan.[Abu Dawud, Kitab as-Sunnah, I-Bab Syarhus Sunnah no. 4596]

Membandingkan Syî’ah Dan Khawârij

Sejak dahulu hingga sekarang, dua sekte sesat ini selalu memberikan musibah dan kesulitan bagi kaum Muslimin, bahkan tidak ada pertumpahan darah terjadi pada kaum Muslimin melebihi pertumpahan darah yang mereka lakukan pada kaum Muslimin.

Keduanya memiliki persamaan dalam beberapa hal dan berbeda dalam banyak hal. Mungkin kita sampaikan dahulu tujuh persamaan dan dua belas perbedaan yang ada pada dua kelompok ini.

Syeikh DR. Nashir bin Abdulkarim al-Aql hafizhahullâhu pernah menyatakan dalam kitab al-Khawârij, Awwal al-Firqah Fi Târîkh al-Islâm, hlm. 12, “Sebagian orang kadang tidak mengetahui bahwa Khawârij dan Syî’ah dulu munculnya pada satu waktu dan dari satu sumber, namun banyak dari pokok ajarannya dan visinya yang berbeda. Oleh karena keduanya ada kesamaan dalam beberapa hal dan berbeda dalan banyak hal lainnya.

TUJUH PERSAMAAN KHAWARIJ DAN SYI’AH

Syaikh Nâshir al-Aql menyebut persamaan antara Khawârij dan Syî’ah.

Khawârij dan Syî’ah sepakat dalam perkara berikut:
Sikap melampaui batas (al-ghuluw).

Khawârij dan syi’ah memiliki kesamaan dalam sikap melampaui batas dan berbeda dalam bentuknya saja. Sikap melampaui batas Khawârij ada pada sikap ekstrim dalam beragama, memvonis orang lain dan berlepas diri serta bersikap keras terhadap orang-orang yang menyelisihinya. Juga semua yang menjadi konsekwensi keyakinan mereka berupa penjatuhan vonis kafir, memberontak dan perang. Sedangkan Syî’ah melampaui batas dalam masalah kultus individu. Mereka melampaui batas dalam mengkultuskan Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu anhu , ahlul bait dan selain mereka.
Bodoh dan picik

Semua Khawârij dan Syî’ah secara umum memiliki sifat bodoh dan picik. Bukti yang paling tampak jelas yang mengisyaratkan kebodohan Khawârij adalah sikap mereka terhadap para Sahabat Radhiyalalhu anhum dan pemberontakan mereka terhadap imam dan jamaah kaum Muslimin. Sementara bukti yang paling jelas yang menunjukkan kebodohan Syî’ah adalah sikap berlebihan mereka terhadap Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu anhu , padahal beliau Radhiyallahu anhu berlepas diri dari perbuatan mereka dan telah menyiksa sebagian dari mereka.

Ilmu mereka dangkal pemahaman agama mereka lemah

Karakter umumnya golongan Khawârij adalah terpedaya dengan ilmu mereka yang sedikit dan mereka tidak sabar dan tidak tekun untuk belajar dan memperdalam ilmu agama. Sedangkan Syî’ah tidak menuntut ilmu dari ahli ilmu dan tidak juga mengambilnya dari para imam Sunnah. Mayoritas sumber rujukan ilmu mereka dari para pendusta dan pemalsu hadits. Kedua kelompok ini sama-sama secara umum tidak memiliki perhatian besar terhadap hadits dan sunah-sunnah kecuali yang sesuai dengan hawa nafsunya.
Jauh dari ajaran Rasûlullâh n (as-sunnah) dan memberontak terhadap jamaah kaum Muslimin dan imam mereka

Khawârij menyelisihi jamaah kaum Muslimin dalam keyakinan dan amal serta melakukan pemberontakan bersenjata dan berperang melawan imam kaum Muslimin. Sedangkan Syî’ah juga menyelisihi jamaah Muslimin dalam keyakinan dan amal serta memandang bolehnya memberontak dengan senjata, akan tetapi dengan syarat imam Mahdi versi mereka telah keluar. Walaupun demikian mereka sangat cepat berpartisipasi dalam semua fitnah yang merugikan kaum Muslimin.
Tidak mengamalkan hadits dan atsar salaf

Khawârij dan Syî’ah sama-sama tidak berpegang dengan as-sunnah yang shahih atau mayoritasnya kecuali yang menguatkan dan mendukung hawa nafsu mereka dan menjauhi atsar para salaf.
Rusaknya aqidah mereka mengenai Sahabat.

Khawârij mengkafirkan sebagian Sahabat seperti Ali, Utsmân, Mu’âwiyah, Abu Musa, Amru bin al-Âsh Radhiyallahu anhum, para Sahabat yang ikut perang Jamal dan Shiffin atau mayoritas mereka Radhiyallahu anhum dan mencela sebagian salaf dan merendahkan mereka. Sedangkan Syi’ah rafidhah mengkafirkan seluruh Sahabat Radhiyallahu anhum dan tidak menyisakan kecuali sedikit saja dan mereka mencela semua salaf imam agama ini apalagi ahlussunnah.

Mengkafirkan kaum Muslimin yang menyelisihi mereka.

Khawârij dan Syi’ah sama-sama mengkafirkan kaum Muslimin yang menyelisihi mereka walaupun berbeda ketentuan dan sebab pengkafirannya berbeda pada setiap kelompok tersebut.

DUA BELAS PERBEDAAN KHAWARIJ DAN SYI’AH

Mereka berbeda dalam banyak perkara, diantaranya:

Syi’ah bersikap melampaui batas pada ahli bait dan mengkultuskan mereka, sementara Khawârij pada zaman permulaan membenci ahli bait dan melakukan permusuhan terhadap mereka. Oleh karenanya dinamakan an-Nâshibah.

Syi’ah bersandar pada kedustaan dalam riwayat dan menerima sumber dasar agama dan berdusta atas musuh dan diri mereka sendiri. Sedangkan Khawârij tidak berdusta dalam agama, riwayat dan atas musuh mereka. Karena mereka meyakini dusta termasuk dosa besar yang menyebabkan kekufuran. Namun kebodohan mereka mengantarnya mengikuti hawa nafsu.

Khawârij menampakkan pernyataan, aqidah dan sikap mereka sedangkan Syî’ah menyembunyikan aqidah mereka dan beragama dengan taqiyah (nifaq) selama mereka berada diantara kaum Muslimin.

Seringnya, Khawârij mengharuskan diri mereka memerangi orang-orang yang menyelisihi mereka. Sedangkan syi’ah umumnya mereka tidak berperang kecuali bersama imam dari para imam yang mereka yakini ma’shûm (terjaga dari semua kesalahan) dan menyifati mereka dengan sifat-sifat yang seharusnya hanya layak untuk Allah Azza wa Jalla, misalnya meyakini bahwa para imam mereka mengetahui hal-halyang ghaib serta memiliki kekuasaan mengatur aktifitas alam serta bisa mengatur nasib hamba dan hati-hati mereka. Juga meyakini bahwa imam mereka berhak membuat syari’at yang tidak berasal dari Allah Azza wa Jalla. Namun meskipun demikian, mereka sangat pro aktif dalam setiap fitnah yang merugikan kaum Muslimin.

Mayotitas Khawârij dari orang Arab dan orang yang kasar dan keras tabiatnya, sementara mayoritas Syi’ah dari ajam (non arab).

Tabiat Syî’ah adalah khianat, menipu dan melakukan tipu muslihat tersembunyi dalam menghadapi musuh-musuh mereka (ahlus sunnah). Sedangkan Khawârij sebaliknya, mereka terang-terangan dan menampakkan serta menyampaikan sikap berlepas diri dari musuh-musuhnya. Juga mengumumkan konsep dasar dam sikap mereka terhadap orang lain, namun dengan kasar dan keras.

Khawârij sulit dipimpin dan tidak akan menyerah kepada seorangpun. Sedangkan Syî’ah adalah orang yang taat buta, mengikuti semua yang ada dan semua yang mengusung propaganda dan klaim mencintai ahlul bait dan mengkultuskan mereka serta membela mereka. Kadang yang diikuti itu seorang zindiq. Oleh karena itu, para dajjal-dajjal pesdusta dan orang-orang yang mengaku nabi, ahli fujur serta fuhsy berasal dari mereka.

Khawârij mengambil zhahir nash-nash syariat tanpa fikih dan tidak menggunakan dalâlah mafhum (kandungan yang terpahami) dan tidak menggunakan kaedah-kaedah istidlâl (menggunakan dalil) juga tidak menggunakan metode mengkompromikan antara dalil (jika ada dalil yang seakan berlawanan-red), bahkan mereka menganggap pemahaman Ulama tidak penting. Oleh karena itu mereka mengedepankan rasa takut dan nash-nash yang berisi ancaman dan mengabaikan nash-nash yang berisi janji dan harapan. Ini berbeda dengan Syî’ah, mereka adalah orang yang banyak mentakwil dan membuang nash-nash syariat dan tidak mengambil pemahaman nash berdasarkan bahasa juga syariat. Mereka menafsirkannya sesuai hawa nafsunya berdasarkan metode bathin (hati) dan rumus-rumus serta isyarat. Juga mengikuti para tokoh mereka secara membabi buta dan meyakini mereka ma’shûm.

Khawârij tidak ada orang zindiq dan munafiknya. Sedangkan rafidhah banyak pada mereka zindiq dan munafik. Oleh karena itu mereka pecah menjadi madzhab batiniyah dan ilhad dan banyak diantara mereka yang mengaku Nabi atau mengaku sebagai Mahdi. Orang yang meneliti sejarah akan mendapatkan kebanyakan madzhab dan sekte yang busuk dan rusak menganut ajaran Rafidhah dan syi’ah ini.

Sumber hukum milik Khawârij lebih selamat dari sumber hukum rafidhah. Khawârij mengikuti al-Qur`an menurut pemahaman mereka –walaupun salah-. Sedangkan Rafidhah menerima ajaran agama dari orang yang mereka namakan al-ma’shûm dari imam mereka dan berdusta atas para imam dan selain mereka, bahkan berdusta atas nama Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian membenarkan kedustaan tersebut setelahnya.

Pokok ajaran Rafidhah tegak diatas kebidahan, perkara baru dan kesyirikan dalam aqidah dan ibadah serta banyak dari hukum-hukumnya. Sedangkan Khawârij sedikit pada mereka kebid’ahan syirik dan kebid’ahan dalam ibadah serta penyembahan kubur dan shufiyah.

Kesimpulannya, Rafidhah sepanjang sejarah lebih memberikan madharat dan lebih besar tipu dayanya terhadap kaum Muslimin serta lebih besar permusuhannya kepada Allâh, agama dan sunnah Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam serta kaum Mukminin; karena mereka adalah Khawârij dari sisi keyakinan wajibnya memberontak (revolusi berdarah) dan mengamalkannya serta pengkafiran kaum Muslimin dan melebihi khawarij dengan tambahan pada ajaran inti merea yang batil yang menjadi kekhususan mereka, seperti imâmah, taqiyah, rafdh dan nifaq.

Oleh karena itu Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah memberikan perbandingan antar syi’ah dan Khawârij dalam banyak karya-karya beliau. Berikut sebagian dari pernyataan beliau rahimahullah:

Keadaan Jahmiyah dan Rafidhah lebih buruk dari keadaan Khawârij. Khawârij dahulu memerangi kaum Muslimin dan tidak memerangi orang kafir saja. Sedangkan mereka (syî’ah) membantu orang kafir untuk memerangi kaum Muslimin dan merendahkan diri kepada orang kafir sehingga mereka menjadi pembantu orang kafir dan merendah diri kepada mereka. Mereka memusuhi kaum Mukminin dan kejam terhadap mereka, sebagaimana ini bisa didapati pada sekte Qaramithah, ar-Rafidhah, al-Jahmiyah dan al-Hululiyah. Siapa yang meneliti keadaan dunia, akan melihat pelajaran dari hal itu dan jadilah mereka menyerupai orang yang Allâh Azza wa Jalla sifatkan dalam firman-Nya:

أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ أُوتُوا نَصِيبًا مِنَ الْكِتَابِ يُؤْمِنُونَ بِالْجِبْتِ وَالطَّاغُوتِ وَيَقُولُونَ لِلَّذِينَ كَفَرُوا هَٰؤُلَاءِ أَهْدَىٰ مِنَ الَّذِينَ آمَنُوا سَبِيلًا

Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang diberi bahagian dari al-Kitab? Mereka percaya kepada jibt dan thaghut, dan mengatakan kepada orang-orang kafir (musyrik Mekah), bahwa mereka itu lebih benar jalannya dari orang-orang yang beriman [An-Nisâ’/4:51]. [Dar’u at-Ta’ârudh 7/138]

Rafidhah apabila tidak lebih buruk dari Khawârij maka tidak lebih baik dari mereka, karena mereka Khawârij hanya mengkafirkn Ustman Radhiyallahu anhu , Ali Radhiyallahu anhu dan pengikut Utsman dan Ali saja, tidak mengkafirkan Sahabat yang tidak ikut perang atau wafat sebelum itu.

Rafidhah mengkafirkan Abu Bakar, Umar dan Utsman serta umumnya Muhajirin dan Anshar dan yang mengikuti mereka dengan baik Radhiyallahu anhum . Mereka mengkafirkan mayoritas ummat Muhammad n dari dahulu hingga sekarang. Mereka mengkafirkan semua yang meyakini keadilan Abu Bakar Radhiyallahu anhu , Umar Radhiyallahu anhu , orang-orang Muhajirin dan Anshar atau meridhai mereka sebagaimana Allâh Azza wa Jalla telah meridhai kepada mereka atau yang memohon ampunan untuk mereka sebagaimana Allâh perintahkann untuk memohonkan ampunan untuk mereka. Oleh karena itu, mereka mengkafirkan imam besar agama ini seperti Sa’id bin al-Musayyib t , Abu Muslim al-Khaulani rahimahullah , Uwais al-Qarni rahimahullah , Atha bin Abi Rabâh rahimahullah dan Ibrâhîm an-Nakhâ’i rahimahullah . Termasuk juga imam Mâlik rahimahullah , al-Auzâ’i rahimahullah , Abu Hanîfah rahimahullah , Hammâd bin Zaid rahimahullah , Hammâd bin Salamah, ats-Tsauri, asy-Syâfi’i rahimahullah , Ahmad bin Hambal rahimahullah , Fudhail bin ‘Iyâdh, Abu Sulaiman ad-Darâni rahimahullah , Ma’rûf al-Karkhi, al-Junaid bin Muhammad, Sahl bin Abdillah at-Tusturi dan para Ulama yang lain. Merekapun menghalalkan darah orang yang keluar dari mereka dan menamakan madzhab mereka dengan madzhab jumhur sebagaimana orang-orang filosop dan sejenis mereka menamakannya demikian. [al-Fatâwâ, 28/477].

Demikian juga, Khawârij mengikuti al-Qur`an sesuai pemahaman mereka dan mereka Rafidhah hanyalah mengikuti imam ma’shûm versi mereka yang tidak ada wujudnya. Sehingga sandaran Khawârij lebih bagus dari pada sandaran Syî’ah. Juga Khawârij tidak ada zindiq dan orang yang keterlaluan dan pada Rafidhah banyak sekali zindiq dan orang melampaui batas yang hanya Allâh yang bisa menghitungnya. Para Ulama menjelaskan bahwa konsep dasar Rafidhah berasal dari zindiq Abdullah bin Saba’, karena dia menampakkan islam dan menyembunyikan keyahudiannya serta merusaha merusak Islam sebagaimana perbuatan Paulus nashrani yang menyembunyikan keyahudiannya dalam merusak agama nashrani [al-Fatâwâ 28/483]

Rafidhah menjadi lebih buruk dari Khawârij al-haruriyah dan pengikut hawa nafsu yang lainnya, karena madzhab-madzhab mereka mengandung ajaran yang lebih buruk dari yang dimiliki madzhab-madzhab Khawârij. Karena Khawârij al-haruriyah adalah ahlu hawa pertama yang keluar dari Sunnah dan jamaaah. [al-Fatâwâ, 28/489].

Juga karena Khawârij al-haruriyah menganut ajaran al-Qur`an sesuai pemahaman mereka dan meninggalkan sunnah yang mereka yakini menyelisihi al-Qur`an. Sedangkan Rafidhah mengikuti ahli bait dan meyakini mereka ma’shûm yang mengetahui segala sesuatu dan tidak akan salah baik disengaja atau lupa atau tahu. [al-Fatâwâ 28/491].

Ar-Rafidhah lebih buruk bid’ahnya daripada Khawârij. Mereka mengkafirkan orang yang tidak dikafirkan Khawârij, seperti Abu Bakar dan Umar Radhiyallahu anhuma. Mereka berdusta atas nama Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para Sahabatnya dengan kedustaan yang tidak pernah dilakukan oleh orang lain. Sedangkan Khawârij tidak pernah mendustakan Ali Radhiyallahu anhu . Khawârij lebih jujur, berani dan menunaikan perjanjian daripada rafidhah. [Minhaj as-Sunnah, 5/154]

Demikianlah jelas persamaan dan perbedaan antara Syî’ah dan Khawârij. Semoga kita semua dijauhkan dari kedua keburukan tersebut.

(Makalah ini diambil dari kitab al-Khawârij, Awwal al-Firqah Fil Islam, karya Syaikh Dr. Nashir bin Abdulkarim al-Aql, hlm 12-19 dengan sedikit perubahan).

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 01/Tahun XIX/1436H/2015M.]

Share :

Facebook Twitter Google+
0 Komentar untuk "Membandingkan Syî’ah Dan Khawârij"

Back To Top